Thursday, September 15, 2005

Waiting for a Miracle "Menunggu sebuah Keajaiban"

Menunggu keajaiban datang itulah kata yang tepat untuk mewakili apa yang saat ini sedang saya alami. Yah walaupun ini sebenarnya bukanlah sebuah masalah besar tetapi lebih merupakan masalah hati dan perasaaan yang memang tidak bisa untuk dipaksakan. Kadang kala ketika saya sedang duduk sendiri, sering terlintas pikiran dan pertanyaan mengapa kita harus jatuh cinta, kalau yang kita cintai dan kita sayangi tidak bersama kita..? mengapa harus ada patah hati..?. huh.. pusing sekali kalau kita memikirkan hal tersebut. Jika dilihat dan diraba secara lebih jauh saya sendiri agak sedikit bisa menahan rasa sedih yang masih tergores di hati. Sebagai manusia biasa saya hanya akan mencoba untuk menyampaikan, dan kalau bisa melepaskan semua beban pikiran yang selama ini baru saja saya dapatkan , yang kiranya lumayan berat kalau dipikul oleh saya sendiri.

Sekali lagi ini adalah gambaran perasaan saya terhadap seseorang yang baru saja hadir dalam kehidupan saya. Sebelumnya saya sudah beberapa kali mangalami perasaan yang hampir sama dengan apa yang saya alami untuk gadis ini, tapi semuanya tidak saya ambil pusing karena yang ada dikepala saya saat itu adalah rasa suka yang tak pernah saya ungkapkan dan sengaja waktu yang mengobati perasaan yang galau pada saat itu.

Kiranya kurang bijaksana kalau saya menyebutkan nama tokoh yang berperan dalam kisah saya kali ini. Yup maklum saja, secara pribadi saya tidak menyebutkan namanya karena saya takut kalau dia tersinggung ataupun merasa kurang setuju kalau namanya kali ini saya tulis untuk kisah ini.

Berawal dari perkenalan yang singkat itu, setiap saat apa yang saya lakukan dan menjadi bahan omongan dengan teman-teman hanyalah tantang gadis yang baru saja saya kenal. Dalam hatipun sudah saya duga , kalau apa yang saya lakukan akan berkibat fatal jika terus mengingat ataupun menyinggung-nyinggung tentang dia. Terang saja, apapun aktifitas yang saya lakukan selalu terbayang-bayang tentang dia. Gila …!! Apa sih yang sebenarnya menarik darinya..? wuih… banyak! Gaya bicara, sikap yang supel dan lebih lagi tentang pemikirannya yang membuat saya menggelengkan kepala.. hebat..!

Beberapa hari belakangan ini saya lalui dengan canda dan tawanya, walaupun hanya beberapa jam saja itupun dalam kesempatan kalau lagi sama-sama ketemu di kampus, maklum dia itu statusnya adalah yunior saya, walaupun bukan satu jurusan. Setelah beberapa kali bertemu dan rasa suka sudah tidak bisa dihindari lagi. Dan memang benar kalau perasaan ini akan mengikat ruang gerak dalam menjalin hubungan yang sehat. Salah tingkah kalau sedang berhadapan dengannya. Siang malam namanya sering muncul ingatan. Perasaan egois saya muncul, “Bagaimana kalau dia menjadi kekasih saya..?”. gila aja ya jelas tambah kacau nih pikiran.

Lama-kelamaan gelagat saya sudah mulai tercium olehnya, dan kayaknya dia tahu kalau diam-diam saya mempunyai perasaan khusus padanya. Apa yang terjadi ternyata jauh diluar perkiraan, semula sifatnya yang riang dan suka bercanda, berubah manakala yang dia hadapi adalah saya. Kebetulan atau tidak tetapi seolah-oleh dia selalu menghindar dan tidak memberikan harapan sama sekali. Apa yang saya hadapi ini bukanlah satu atau dua kali dalam hidup. Dalam hati timbul rasa sesal yang berkepanjangan, “Kenapa saya suka sama dia.? Harusnya ini tidak terjadi kalau yang saya lakukan hanyalah menjadi temannya saja..” rasa sesal ini bukanlah bentuk pembelaan diri saya terhadapnya tetapi lebih menyalahkan saya sendiri kenapa suka padanya..? jelas sekali kalau perasaan suka ini akan sangat memberatkannya, sepertinya dia memang hanya bisa menganggap saya sebagai temannya tidak lebih dari itu.Menangis dalam hati hanya itu yang bisa saya lakukan saat ini. Walaupun demikian saya masih sangat salut dan menghargainya, karena kedewasaannya dalam berfikir yang sangat hebat. Bayangkan saja, kalau bukan dia mungkin saat ini, dia tidak akan menjadi teman saya, karena secara pribadi kalau saya dicintai oleh orang yang tidak ada dihati, mungkin akan saya tinggalkan begitu saja. Tetapi lain dengannya, jelas sekali kalau dia hanya bisa menganggap sebagai teman dan itupun dia lakukan dengan sangat halus, tanpa melukai perasaan siapapun. Caranya menghindar dengan pelan-pelan agar tidak melukai perasaan saya saat ini. Bagus.. hebat tidak seperti kebanyakan gadis lain. Salute buat dia...

Disamping alasan itu juga mungkin ada alasan lainnya yang lebih memberatkan hatinya, yaitu ternyata dia sudah memiliki kekasih. Alangkah bahagianya kalau yang mengalaminya adalah saya. Dan statusnya saat ini adalah sudah bertunangan, wah ternyata kurang ajar saya ini. Kekasih orang lain mau di diganggu juga. untuk lebih mendinginkan hati saya, itulah yang saya pikirkan dan saya anggap sebagai alasan utama untuk tidak melanjutkan kegilaan saya padanya.

Kalau dipikir secara nalar, walaupun jika dia belum memiliki pasangan atau tunangan, kayaknya juga agak susah saya mendapatkan perhatiannya apalagi cintanya..! kenapa sih kayaknya saya tidak optimis, berkata optimis atau tidak adalah bagaikan kita melihat dua sisi coin pada mata uang, yang mana tergantung dari sisi mana kita akan memandangnya. Cara berpikir kita sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain adalah faktor lingkungan disamping faktor kepribadian seseorang. Waiting for a miracle jelas itu yang saya hadapi saat ini. Bukan maksud hati untuk mengharapkan kehancuran hubungan orang lain. Tapi hanya sekadar harapan segabai modal semangat untuk melanjutkan masa depan yang lebih baik. Lalu bagaimana hari-hari kedepan? Saya akan mencoba bersikap wajar dan layaknya seorang teman yang menghadapi teman lainnya. Apakah saya bisa untuk mengubur perasaan ini..? Ya Allah berilah kekuatan…..!