Monday, September 05, 2005

Perjalanan Pendek Bersama Anak Cilacap

Kami, adalah kata yang menggambarkan kebersamaan. Yah itulah yang saat itu saya rasakan, setelah berkenalan dengan kedua adik kelas,walaupun berbeda jurusan tetapi mereka itu sungguh luar biasa asyiknya, sampai-sampai apapun aktifitas yang saya lakukan selalu terbayang wajah-wajah mereka.

Berawal dari perkenalan yang masih bisa dibilang singkat itu, saya mulai merasakan adanya kecocokan sebagai sesama mahasiswa yang menuntut ilmu di daerah orang. Itupun jelas tergambarkan oleh kedua teman-temanku yang masih berstatus sama dengan saya( status kuliah di daerah baru).

Seminggu telah berlalu setelah perkenalan di kantin. Setelah terjadi obrolan ringan yang lumayan serius akhirnya kami memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama, (6 orang) yaitu: saya (Ragil Turyanto), Sutikno, Supardi, Doni Romansyah, Apri Dwi Lestari dan Fifi. Tujuan perjalanan kami pada waktu itu adalah berkunjung ke tempat ibu kantin(Mba Parsih). Waktu dan tempat pertemuanpun ditetapkan. Titik tengah perjalanan diambil sebagai alternatif tujuan pertemuan sebelum menuju ke tempat Ibu kantin dan dipilihlah perempatan kantor samsat bandung, yah maklum itu adalah tempat yang terbaik untuk pertemuan dari berbagai arah yang ada dibandung. Minggu pukul 10.00 WIB, waktu yang ditetapkan untuk bertemu, dan kami semuapun menyetujuinya.

Gila…., malam sebelum waktu yang ditentukan saya sendiri sudah mempersiapkan diri dalam hal mempersiapkan waktu untuk dapat sampai ditempat yang ditentukan dalam waktu yang tepat(on time), itung-itung latihan disiplin. Tepat jam 05.30 wib saya terbangun, dan dengan kagetnya saya langsung mandi, waktu itu jam setengah enam sudah cukup pagi bagi saya untuk bangun di hari minggu. Yang menjadi ganjalan pada saat itu adalah ternyata saya diajak kakak untuk pergi ke bogor. Yah apa boleh buat, karena sudah terlanjur ada janji dengan teman-teman akhirnya saya putuskan untuk keluar rumah lebih awal.

Jam tujuh pagi, saya sudah ditempat yang dijanjikan. Yah yang namanya hari minggu,jalan-jalan di samsat saat itu penuh sesak dengan pedagang yang berjualan dan orang-orang yang habis lari pagi atau sekedar jogging. Berhubung baru jam tujuh, maka teman-teman pun saya telepon agar datang lebih awal. Penantian memang sangat melelahkan, perut keroncongan dan saat itu saya baru saja menelepon teman-teman untuk datang lebih awal. Satu jam berlalu dan saat itulah datang sms dari Sutikno di handphone,”Gil saya udah di samsat…”, jangankan untuk mencari orang pada waktu itu, jarak pandangpun sangat terbatas karena banyaknya orang-orang yang berlalu-lalang. “Aku di dekat perempatan …!” setelah beberapa kali sms dan telepon singkat akhirnya kami bisa bertemu. Dalam hati saya berkata “Masih di bandung aja sudah kayak gini.. seperti orang hilang..,apalagi d Jepang ya…?”

Waktu menunggupun terus berjalan dan setelah dua jam lebih menunggu akhirnya yang ditunggu-tunggupun datang. Apri dan Fifi datang dengan langkah yang pasti dan anggun dari jalan sebelah kami menunggu. Baru 4 orang yang sudah berkumpul tinggal 2 lagi. Pelajaran menunggupun masih terus berlanjut,setelah hampir 15 menit datang juga Supardi dari angkot yang biasa ia pake untuk kekampus. Yoo.. tinggal 1 lagi yang masih absen, Doni Romansyah. Untung Apri memberi tahukan bahwa doni minta di tinggal aja, nanti ia akan menyusul belakangan.

Setelah lengkap, kamipun langsung menuju ke rumah ibu kantin di GBA( Griya Bandung Asri) biasa lagi-lagi yang digunakan adalah angkot. Maklum aja saya bukan orang kaya yang kemana-mana selalu menggunakan mobil atau kendaraan pribadi. Dalam angkotan kota tersebut, perbincangan ringanpun mulai terjadi. Guyonan-guyonan segar dilemparkan, senyum-senyum manis dari gadis-gadis cantikpun keluar, yah … dalam sebuah lelucon selalu ada objek penderita yang digunakan untuk memeriahkan suasana. Siapalagi kalau bukan saya. Ups…no problem evrything ok.!

Sampai dirumah ibu kantin, ternyata disana sang ibu sedang sibuk mempersiapkan makanan dan buah-buah segar yang siap untuk dijadikan rujak sebagai hidangan yang saya pikir khusus disediakan buat kami. He..he..kira-kira begitu.! Setelah dipersilahkan masuk keruangan tamu kami tidak segan-segan masuk kedapur dan langsung membantu ibu kantin mempersiapkan makanan. Kenapa seperti itu..? karena kami sudah menganggap ibu kantin dan keluarganya seperti keluarga kami sendiri. Dari mengupas buah, membuat sayur, memotong bawang dan pekerjaan dapur lainnya. Pekerjaan seperti itu sudah biasa saya lakukan di rumah kakak saya( yang saya tempati saat ini).

Setelah selesai dan masakan sudah siap, kami langsung di persilahkan makan bersama. Apa yang terjadi saaat itu adalah rasa keakraban yang semakin mendalam. Dan sialnya sadar atau tak sadar ada rasa aneh, atau bisa dibilang simpatik terhadap gadis-gadis itu. Wooo…apalagi dengan Apri…! Yang tadinya terlihat rame sekarang ini tambah kelihatan rame dan asyik. Wah gila…kalau seperti ini terus bisa uncontrol nih saya.

Cerita tentang pengalaman diri dan siapakah saya. Merupakan topik yang selalu diambil dalam awal perkenalan dengan teman baru. Begitu juga dengan kami, dari mulai alamat tinggal dimana, sampai hobi dan alasan kuliah dibandungpun tak luput jadi bahan obrolan santai setelah makan siang. Oh iya sampai lupa … sambil ngobrol kami juga sedang makan rujak lho... Apapun yang jadi topik pembicaraan pada waktu itu selalu diwarnai dengan gelak-tawa yang heboh. Seru…

Tidak terasa sudah jam 16.30. Pada jam sekitar itu, didaerah GBA sudah tidak ada angkotan umum yang bisa membawa kami ke tempat angkotan kota. Ibu kantin sudah menawarkan untuk menginap saja di rumahnya. Yah maklum yang namanya gadis-gadis cantik dan baik ya tentunya memikirkan secara panjang untuk menerima tawaran tersebut. Maklum mereka juga tinggal di bandung bukan dengan orang tua kandung, tepati dengan pakde nya. Akhirnya apa boleh buat… jalan kakipun kami tempuh. Sebetulnya ada rasa tidak tega melihat gadis-gadis cantik ini jalan kaki sejauh 5 Km, tapi apa boleh buat uang dikantong sudah tidak mencukupi untuk menggunakan ojek.

“Woi … kapan sih sampainya ..? masih jauh ga..?” terdengar suara dari Apri. “Itu didepan..udah kelihatan kok..”. kami berusahan menenangkan dan memberikan harapan agar kedua gadis ini masih bersemangat melanjutkan perjalanan. Ternyata lumayan capek juga, terbukti saya aja yang cowok baju sudah basah oleh keringat. Selama hampir satu jam kami berjalan dan akhirnya sampai juga di tempat angkotan kota biasa mangkal.

Di tempat pertemuan kami berpisah untuk menuju rumah masing-masing. Waktu itu hanya saya dan Supardi saja yang berlawanan arah dengan mereka selebihnya msih satu arah sehingga masih bisa menggunakan angkot yang sama.

Pukul 19.00 saya sampai di rumah, rasa senang dan lelah campur jadi satu. Tetapi rasa lelah hilang setelah memikirkan apa yang baru saja dilalui selama kami bersama di rumah Ibu Kantin. Suara tawa riang masih jelas terdengar di telinga, bayang-bayang nya juga masih terus terbayang. Setiap tidur setelah hari itu berlalu, saya selalu terbangun pukul 02.00 atau pukul 03.00 dini hari. Entah karena apa… yang selalu diingat adalah saat saat bersama dengan teman-teman dan gadis-gadis cantik dari Cilacap.

I Love You all