
Rancana awal yang menjadi tujuan adalah kota denpasar bali, yang merupakan sebuah kota atau pulau yang memiliki berbagai macam keindahan alam dan beragam kebudayaan, serta merupakan kota wisata yang cukup terkenal di indonesia maupun dunia. Setelah cari info dari beberapa penyedia jasa transportasi, biaya yang dibutuhkan lebih-kurang Rp.700.000,00 untuk sekali jalan hanya untuk transport saja, sebetulnya sih masih tergolong murah, karena saat ini kan harga-harga udah mengalami kenaikan,harga tersebut adalah harga yang ada untuk jenis transportasi udara. Sedangkan untuk transportasi darat lebih kurang adalah Rp.250.000,00. he.. he.. untuk sementara hal tersebut menjadi referensi buat rencana kedepan. Karena setalah di hitung-hitung waktu yang diperlukan untuk jalan-jalan ke denpasar enaknya adalah satu minggu, biar sedikit santai maksudnya. Karena saat ini, sangat tidak memungkinkan, dilihat dari kalender akademik kampus yang ternyata masih menyisakan banyak kegiatan yang harus saya ikuti pra kelulusan.
Dari pada menunggu rencana ke denpasar yang kira-kira akan dilaksanakan setelah lebaran, maka saya menawarkan ide ke teman seperjuangan saya (Sutikno) untuk sedikit latihan nggelandang ke Cilacap. Kenapa saya memilih kota cilacap..? sebuah pertanyaan yang klasik yang sering dilontarkan untuk mengorek sedikit keterangan yang ada di kepala saya. Ada beberapa alasan mengapa saya memilih cilacap sebagai tempat pertama yang dikunjungi. Antara lain adalah letaknya yang tidak terlalu jauh dari bandung, dan hanya membutuhkan 5-6 jam waktu perjalanan menggunakan kendaraan darat. Akhirnya sabtu sore kita langsung meluncur kecilacap menggunakan bus. Tepat jam 22.30 kami sampai diterminal cilacap.Karena pada waktu itu kita hanya berniat untuk jalan-jalan dicilacap maka kami tidak melayani tukang ojek, dan tukang becak yang menanyakan mau kemana kita ini sebenarnya..? jawaban singkat yang bisa keluar dari mulut hanya mau main! Habis mau bagaimana lagi coba…! Kita kesana tanpa arah dan tujuan yang jelas, hanya sekarar nggelandang.
Setelah bebas dari orang-orang yang menawarkan jasa angkutan, yang menjadi kendala berikutnya adalah masalah mau tidur dimana?. Rencana saya adalah kita di cilacap kali ini diusahakan jangan tidur, dengan alasan mau benar-benar memanfaatkan yang ada dan adakan yang manfaat…. He..he bingungkan …! Saya juga bingung..! intinya adalah jangan tidur di penginapan atau hotel, pasalnya katanya mau nggelandang kok tidurnya dihotel,,kan kurang asyik dan kurang menantang. Yup … akhirnya setelah melakukan perjalanan selama hampir 4,5 jam mengelilingi jalan-jalan yang ada di cilacap akhirnya kita berhanti di alun-alun cilacap. Sepi banget lho disana..memang disisi jalan masih terlihat beberapa waria yang lagi menunggu langganannya dan beberapa ekor anjing yang sedang berkeliaran di alun-alun. Kebetulan di sebelah alun-alun ada masjid, kamipun berencana untuk menginap atau sekadar duduk-duduk disana, tapi sialnya pintu gerbang masjid dikunci, yah gagal deh rencana untuk menginap di masjid. Duduk-duduk di alun-alaun kota cilacap.itu yang kami lakukan sambil menunggu pagi. pada waktu itu kami mencoba untuk menghubungi teman-teman kami yang ada dicilacap dengan harapan besok paginya kita bisa bertemu dan main bareng di kotanya, syukur-syukur kita diajak kerumah disuruh makan enak, tidur secukupnya dan di buatkan susu segar. Ha..ha… maunya sih gitu … dasar orang edan. Karene di hubungi via telepon tidak ada yang menjawab maka kita pun memenfaarkan fasilitas Short Messaging Services(SMS) ya maklumlah sudah pukul 00.30 jadi ya kurang sopan rasanya kalau mau menelepon terus.
Setelah beberapa lama disana akhirnya terasa dingin juga! Suara sudah mulai berubah dengan nada yang parau tanda kedinginan, dan memang udara disana masih dingin jika dimalam hari, terbukti dengan kami masuk angin. Kayaknya kalau terus-terusan di alun-alun kita bisa sakit nih, akhirnya kita melanjutkan perjalanan lagi menuju jalan gatot subroto di situ ada RSU Cilcap yang kebetulan didepannya ada halte bus. Kamipun langsung duduk-duduk disitu, dan karena ngantuk maka kita langsung tiduran. Ups.. baru beberapa menit sutikno merasa badannya ditindih sesuatu yang sangat besar. Gil..gil…. setalah terbangun sutikno langsung mengingatkan saya agar tidak tidur disitu, dengan alasan ada sesuatu yang aneh di halte itu. Akhirnya kitapun tidak tidur sampai pagi. Setelah menunggu lama sampai dengan sekitar pukul 05.30 kami menuju ke terminal cilacap untuk mencari kamar kecil untuk mandi dan sebagainya menggunakan angkot. Wah.. dengan angkot aja butuh waktu yang lumayan lama untuk sampai di terminal! Berarti kita berjalan cukup jauh malam tadi. Setelah sampai diterminal kitapun langsung bergantian untuk mandi. Pagi itu lumayan lapar juga sih…he …he..! namanya juga di terminal yang lumayan kecil tempatnya, jadi pagi itu pedagang belum banyak yang jualan atau bahkan bisa dikatakan belum ada pedagang makanan pada saat itu.
Ups.. iya sampai lupa… ini kan dicilacap, kebetulan kita punya teman disini! Satu kampus lagi…yo..yooo… apa salahnya kalau kita mencoba untuk menghubunginya, dengan harapan mau mengantarkan kami ketempat yang asyik,,,, atau objek wisata yang ada di cilacap. Disamping ada niat lain yang terselubung…he…he… mau minta makan dan minum atau kalau mungkin juga mau minta waktu barang 1 atau 2 jam saja untuk memejamkan mata di rumahnya. “Tik yo kita telepon apri atau fifi…!”. Ya ..itu ide bagus kedengarannya. Tuuuut…..tuuuuut……tuuuuut.. sory saya tidak bisa menuliskan nada sambung yang tepat untuk menggambarkan kalau saya sedang menelepon. Lha .. kok ga ada yang ngangkat telepon ya ? padahal ini kan ponsel. Waduh kenapa ya …?pada waktu itu kita mencoba lebih dari 10x kayaknya. Dari pake telepon sendiri sampai dengan menggunakan wartel. Wah kayaknya yang ditelepon lagi sibuk atau mungkin sedang tidak mau di ganggu nih! Ok setelah beberapa jam berlalu kami mencoba untuk menelepon kembali dengan harapan kali ini ada yang mengangkat atau menjawab telepon kami. Ternyata tetap tidak ada.. ok untuk yang satu ini kami anggap gagal kamipun mencoba untuk menelepon teman yang lain yang kebetulan bertempat tinggal di cilacap juga.. ya ternyata sama saja tidak mau menerima telepon kami. Entah berapa kali kami mencoba untuk menghubungi mereka!.
Kalau dipikir-pikir saat itu kami benar-benar seperti pengemis….minta agar ada yang mau membantu kami. Bantuan yang kami maksudkan adalah bantuan agar ada yang mau menerima telepon atau sekadar ngobrol untuk mendengarkan saran, alasan atau apa yang mungkin bermanfaat buat kami. Sebetulnya apapun yang akan mereka katakan akan kami terima dengan sangat senang, tapi yang penting adalah komunikasi dan mau berbagi informasi. He..he… rasanya aneh juga lho… kami ini kan bukan orang baik dan suci kok berani kasih komentar ke orang lain ya?.biasa lah kita cuman bisa mengkritik dan belum bisa menjalankan apa yang sebaiknya kami lakukan dalam berbagai hal tentunya.
Setelah beberapa waktu lamanya seperti orang yang tolol, kami memutuskan untuk memakai jasa angkotan umum lagi untuk melanjutkan petualangan darat kami. Teluk penyu adalah tempat tujuan kami. Sebelum sampai disana kita terlebih dahulu berjalan-jalan dipinggiran pantai dekat Tempat pelelangan ikan di cilacap. Terlihat dari kejauhan ada beberapa kilang minyak milik PT Pertamina. Seperti orang gila yang kelaparan kami terus berjalan di bibir pantai, kadang-kadang jika ada tempat peristirahatan nelayan kami langsung tiduran disana, sambil sesekali memegang perut yang keroncongan. Ya ampun.. belum ada pedagang yang buka! Adasih beberapa rumah makan yang baru menyiapkan dagangannya dengan menu spesial SeaFood dan Bakar Ikan. Gila … itu baru persiapan kapan bukanya ya…? Alasan utama selain mereka belum buka yaitu kami ini vegetarian ha..ha…ha… maaf bukan maksud kami untuk menyebut kami demikian. Tapi ada masalah lain yang menyebabkan kami menyebut vegetarian yaitu alasan keuangan yang kayaknya tidak menyukupi untuk membeli menu seperti itu.
Sampai di pinggir pantai dekat benteng Pendem ada warung yang sudah buka dengan menu Mie Ayam, Nasi Soto, Nasi Rames dan Bakso. Wah kayaknya ini cocok dengan perut dan dompet kami. “Pak Mie ayam dua + es teh!” sambil menunggu makanan siap, kami menyempatkan untuk mencoba menghubungi mereka kembali. Ya..ya … apri dan fifi maksudnya. Yah….lagi-lagi ga ada yang menjawabnya. Wah ini berarti bener-bener mereka tidak mau di hubungi. Ya udahlah kami udah putus asa saat itu. “Makanan siap!” ayo kita makan tik!”. Nyam…nyam…nyam..enak sekali ya masakannya !“ ya jelas lah lha wong lagi lapar banget gitu!. Tu..la…lit….tu…la…lit terdengar nada sms yang datang, maklumlah ponsel kami bukan ponsel keluaran terbaru melainkan ponsel keluaran tahun 90an jadi ringtone nya masih menggelikan, tidak seperti sekarang yang sudah pholyponic dan bisa memutar file-file mp3. ternyata ada sms dari fifi yang isinya permintaan maaf karena tidak bisa menemui kami dan tidak bisa mengasihkan alamat rumahnya ke kami, yup… no problem lah buat kami, masalahnya itu bukan masalah besar, yang penting adanya konfirmasi dari dia. Tapi ada yang aneh diakhir kalimat sms fifi yaitu agar kami jangan sms atau telepon lagi ke dia. Booooom….rasanya seperti di pukul pake martil jempol saya saat membaca kalimat terakhir sms nya.
Kok bisa gitu ya? Apa susahnya sih menerima telepon dan membaca sms walaupun pada akhirnya ngomong tidak mau di ganggu. Saya hanya bisa diam sejenak, sambil mencoba untuk menerka-terka apa yang ada di benak pikiran fifi saat ini. Ya…untung saya ini orang gila yang baik hati jadi saya mencoba untuk tidak ambil pusing dengan smsnya. Kami menganggap kalau itu hanya ungkapan perasaan fifi dengan tujuan tidak mau di ganggu saat itu, tapi dengan menggunakan kalimat yang kurang tepat. Kami hanya bisa membalas smsnya dengan kata “tak habis pikir kami tak mengerti, dengan apa yang ada di benak pikirannya!”. Walaupun sebenarnya adalah sangat tidak berhak kami untuk berkata demikian, namun hanya itu yang bisa kami ungkapkan untuk mewakili pikiran kami yang benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran sahabat kami itu. Dari pada pusing membuat prasangka-prasangka yang semakin menyudutkan ruang gerak dan pikiran kami, lebih baik kita masuk ke benteng pendem sambil melihat-lihat benteng peninggalan sejarah yang ada di cilacap. Setelah cukup puas berkeliling di cilacap kami langsung menuju ke terminal dan melaju kembali ke bandung dengan sebelumnya mengirimkan permintaan maaf , kerena telah mengganggu kedamaian apri dan fifi. Maafkan kami, jika benar-benar mengganggu kalian!!
Bagi kami apri dan fifi adalah teman terbaik dan termanis. Walaupun dengan misteri pemikiran yang sampai saat ini belum bisa saya pahami dengan 100%. Tetapi semua yang mereka lakukan dan pikirkan adalah semata-mata urutan proses menuju kedewasaan dalam bertindak dan berfikir. Salute buat kalian!
Terlepas dari benar atau salah saya menulis tulisan pendek ini, dengan harapan akan ada perbaikan buat saya dalam menjalani kehidupan yang penih dengan liku-likunya. Semoga apa yang saya lakukan bukanlah merupakan tulisan yang membuat hati orang lain sakit atau pedih melainkan merupakan ungkapan perasaan yang saya alami dan rasakan pada saat itu dan saat ini.
Kebenaran sejati hanyalah milik Allah SWT dengan kebesaranNya dan Karunianya kita menjalankan kehidupan ini menuju keridhoan dan berkah dari Nya.
Kita dilahirkan dengan satu hati, yang mengingatkan kita untuk menghargai dan memberikan cinta kasih dari dalam lubuk hati. Belajar mencintai dan menikmati dicintai, tetapi jangan mengharapkan seseorang untuk mencintai kita dengan cara dan sebanyak yang sudah kita berikan. Berikanlah cinta tanpa mengharapkan balasan, maka kita akan menemukan bahwa hidup ini menjadi lebih indah.