Friday, October 28, 2005

Pikirkan cinta, meski tak mengucapkannya, maka duniapun akan terasa lebih terang

Sudah hampir setengah bulan sejak perjalanan saya di cilacap. Sampai saat sebelum saya menulis blog ini, perasaan heran dan berbagai prasangka masih menghinggapi kepala. Setelah kehadiran di cilacap yang menghasilkan perasaan tidak enak dengan teman cewek kami yang berasal dari kota tersebut, sengaja saya dan sutikno tidak pernah mengirimkan khabar atau informasi apapun kepada mereka. Hal itu saya lakukan karena menanggapi permintaan fifi yang menginginkan kami terutama saya untuk tidak menghubunginya lagi

Sampai suatu hari, apri menelepon sutikno dengan mengungkapkan permintaan maafnya buat kita, sekaligus menginformasikan bahwa sebelumnya saya pernah meneleponnya hanya dengan beberapa kata yang mengejutkan.Apri Sombong..katanya. Sebetulnya sangat aneh jika kami harus memberikan maaf buat mereka, karena menurut saya pribadi, mereka itu tidak mempunyai salah apapun terhadap kami, apapun yang mereka lakukan adalah hak(Privacy) mereka masing-masing. Dan memang kami saja yang bisa dikatakan kurang sopan dan kurang ajar, karena terus-terusan mengganggu mereka saat kami berada di cilacap beberapa waktu yang lalu.

Permintaan maaf itu saya dengar dari sutikno beberapa saat setelah apri meneleponnya. Gila aja .. yang saya rasakan saat itu adalah bingung dan kayaknya sangat aneh kalau harus mendengarkan permintaan maaf dari seseorang, apalagi yang menurut kita tidak patut untuk mengungkapkan kata maaf. Ada lagi yang membuat ganjalan dalam pikiran saya, yaitu adanya pernyataan apri yang mengatakan bahwa saya pernah meneleponnya setelah dari cilacap dan hanya mengatakan bahwa dia sombong. Doooooooor .. ya Allah, kapan saya telepon ke apri? Padahal selama itu saya tidak pernah menelepon dan bahkan tidak mengirimkan Short Message Services kepadanya.

Kebetulan malam itu adalah hari ke lima dalam bulan ramadhan, setelah mendapatkan informasi dari teman saya, malam itu juga saya langsung menghubunginya melalui telepon kebetulan apri saat itu masih dicilacap.Ya mas… kata itu yang selalu saya dengar setiap kali handphone apri diangkat, ya saya akui kata-kata itu juga yang membuat betah dan sekaligus nyaman jika ngobrol dengannya. Saat itu apri baru saja selesai dari sholat tarawih dimasjidnya di cilacap. he..he.. tapi ngomong-ngomong banyak suara orang dibelakang suaranya. Lagi banyak orang di rumah ya pri..?. Iya mas, kebetulan lagi banyak teman-teman lagi pada ngumpul di rumah… kata apri. Wah hebat … asyik dong banyak penggemar.. Kayaknya terlalu banyak, jika harus saya tuliskan detail percakapan yang saya lakukan. Intinya apri menyampaikan permintaan maafnya kepada saya. Yup … karena saya merasa dia tidak mempunyai salah apapun terhadap saya, saya hanya mengatakan Tenang aja pri saya itu orangnya tahan karat.., maaf kalau ini mirip dengan iklan salah satu produk yang ditayangkan di Televisi. Kapan pri ke bandung lagi ..?.

Satu minggu kemudian, apri dan fifi sudah berada kembali di bandung. Kira-kira hari sabtu saya mengumpulkan tugas akhir yang kebetulan sudah selesai,dinyatakan lulus dan hari itu juga adalah pengumpulan hardcover paling akhir. Pukul 08.00 WIB saya sudah berada di kampus, sambil menunggu dosen, dalam hati juga berharap dapat bertemu dengan apri dikampus saat itu. Setelah hampir dua jam di dekat perpus. Ada rasa kecewa yang menghinggap di hati. “Kenapa mereka tak kunjung kelihatan..? “. Ya udahlah daripada pusing kepala mendingan saya bersama supardi keluar ke depan kampus untuk memeriksa hasil jilid di toko Offset di depan kampus. Woow…wow….pada saat menyebrang jalan, disisi kanan jalan saya melihat cewek cantik memakai baju pink! Tak salah lagi itu pasti apri. Grogi juga saat melihatnya, tapi kayaknya ada yang aneh pada apri saat itu. Ya , apri kelihatan diam dan sedih. Setelah bersalaman apri langsung minta diri untuk menelepon sebentar. Yah, ada apa ya.? Dalam pikiran saya saat itu adalah apri habis bertengkar dengan pacarnya di cilacap. “ha..haaa.. haa.. dasar orang gila…!” itu sih maunya saya. Biasa seringkali kita bisa tertawa diatas derita orang lain. Tapi memang saya akui bahwa hal itu hanya sebatas dugaan sekaligus harapan gila saya, kalau mereka bertengkar, putus, dan apri patah hati maka kemudian datanglah arjuna yang mencuri cinta, dan dalam lamunan yang sempat timbul,arjuna itu adalah saya. Setelah sadar dari lamunan yang begitu memabukan, saya mencoba untuk menjadi orang yang berpikir positif bahwa apri sedih karena ada masalah lain, yang saya sendiri tidak tahu dan memang tidak boleh tau.

Benar saja, saat saya sedang mengambil Skripsi yang sedang dijilid hardcover saat itu juga datanglah apri dari wartel tempat dia habis telepon. Dan langsung mendekati teman saya( Supardi :Red) dan langsung menangis di pundaknya (kalau tidak salah: Red). Ya Allah ! ada apa ini ..? kenapa bisa begini?apa yang terjadi dengan apri? Apa yang harus saya lakukan? Saat itu saya benar-benar seperti orang tolol dan bagaikan kerbau yang di tusuk hidungnya.(bukan mau di pakein anting-anting, “tindik”:Red). Seandainya yang menjadi tempat apri bersandar dan menangis adalah saya, alangkah bahagianya hidup ini. Karena di bahu inilah bagian terpenting dalam tubuh kita. Bukan hanya fungsinya untuk menahan kepala. Tetapi di bahu ini jugalah kita dapat menahan kepala seorang teman atau orang-orang yang kita kasihi dan sayangi ketika mereka sedang menangis. Seringkali dalam hidup ini, seseorang memerlukan bahu untuk menangis. Saya hanya berharap agar saya mempunyai cukup kasih sayang dan teman-teman agar kita selalu mempunyai bahu untuk menangis, kapan pun kita membutuhkannya.

Rasanya kurang bijaksana dan tidak etis jika saya harus mengorek informasi dari apri, seputar masalah yang sedang dia hadapi, yang membuatnya sedih dan menangis. Seharusnya jika dia memang menganggap kita sebagai sahabat atau minimal menganggap kami adalah orang yang bisa dipercaya dan bisa memberikan solusi untuk masalahnya, mungkin dan memang seharusnya dia sendiri yang memulai pembicaraan. Banyak pikiran yang saling bertubrukan dalam kepala saya saat ini. Maklumlah, saya masih terlalu dungu untuk mengerti dan memahami seseorang. Tulalit…tulalit… suara handphone saya berbunyi, menandakan adanya sms yang masuk. “Gil…apri sudah datang belum..?saya tidak bisa kekampus hari ini.kalau mau langsung saja ke rumah ibu ya…!” demikian bunyi sms dari ibu kantin. Oh iya mungkin pembaca sudah lupa atau mungkin memang tidak tahu jika tidak membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya. Ibu kantin adalah Mba Parsih, beliau sudah kami anggap seperti kakak kami.

“Pri kata ibu kita suruh langsung ke rumah ibu aja, ibu kepengin ngobrol..!”. “Ya tunggu mas , mas boleh minta pulsanya ga..?tolong sms in fifi ya? Fifi mau ikut ke rumah ibu ga..?kalau ga, tolong bilangin ke budhe ya?” kata apri. Tulalit…tulalit..tulalit…datang balasan dari fifi yang intinya “Fifi ga bisa ikut, ya nanti apri saya bilangin ke budhe!”. Yo..yo.. kitapun(Sutikno,Supardi,Apri Dwi Lestari,dan saya(Ragil Turyanto:Red)) langsung meluncur menuju GBA (Griya Bandung Asri) sampai disana, ibu kantin sudah menunggu, dan hari itu menunjukan pukul 11.45 WIB, setelah hampir 15 menit berada di rumah ibu kantin, sudah waktunya ibu untuk menjemput anaknya yang sekolah di SLTP BPI Bandung. Berhubung rencana awal kita ke tempat ibu kantin adalah untuk mengantar apri untuk berkeluh-kesah seputar masalah yang dia hadapi, ke ibu. Maka yang kebagian menjemput singgih(Anak Ibu Kantin) adalah saya dan Supardi. Yang membuat sedikit kesal adalah yang mengendarai sepeda motor adalah saya(didepan,menyetir:Red) biasalah niat kebandung selain untuk belajar adalah agar tubuh menjadi lebih bersih dan putih. Ya terang aja muka langsung hitam mengkilap. Ya udahlah sekalian beramal anggap saja semua ini adalah ibadah. He..he.. biar tenang nih hati, jadi ya ngomongnya buat ibadah.

Setelah kembali dari menjemput singgih dari sekolah, saya melihat sepertinya apri dan ibu sudah selesai melakukan pembicaraan seputar kewanitaan(“Ups.. maksudnya ‘saling berkeluh kesah,curhat’:Red”). Setelah cuci muka, kita langsung berkumpul di ruang tamu. Dalam hati, saya sudah mulai khawatir kalau-kalau saya jadi salah tingkah jika berhadapan dengan apri ditambah ibu kantin di sampingnya. Diawal pembicaraan ringan yang kami lakukan, sepertinya saya sukses menyembunyikan rasa grogi yang ada di balik hati saya. Tapi setelah beberapa lama dan sering melihat apri, setan-setan di pikiran mulai menggoda. Dan akhirnya, omongan saya jadi tidak karuan, terbukti dengan tawa riang yang keluar dari bibir manis apri ,teman-teman dan ibu kantin. Yang bikin saya pusing adalah setiap kali saya melihat apri, saya selalu merasakan ada hal yang aneh dan kayaknya perasaan itu cuman dialami saya saja. Kalau di televisi kan perasaan grogi dan cinta di alami oleh kedua insan pria dan wanita. Tapi kayaknya cuman saya saja yang merasakan hal tersebut. Maklumlah …. Ini ceritanya kan tentang cinta yang belum tentu kesampaian. Artinya hanya saya yang cinta, tapi tidak halnya orang yang saya sukai.

Sepertinya apri saat ini sudah mulai tenang, dan sudah dapat mengontrol emosinya. Walaupun bukan saya yang menjadi bahu tempatnya untuk menangis dan berkeluh-kesah tetapi tetap ada rasa bangga yang saya tanamkan dalam jiwa, sebagai pengobat luka hati yang semakin lama membuat kita hancur dibakar menjadi arang.

Demikian banyak hal yang telah saya lalui, dalam perjalanan kehidupan ini. Apapun yang saya peroleh saya akan mencoba untuk tidak selalu mencari dan meminta yang terbaik, melainkan menjadikan apapun yang kita peroleh menjadi hal yang terbaik buat kita.

Meski kita menyembunyikan pikiran buruk dalam hati, tetap akan terpancar kekuatan kelam. Pikirkan cinta, meski tak mengucapkannya, maka duniapun akan terasa lebih terang.(Ella Wheeler Wilcox)